Service Level Agreement dan Operational Level Agremeent
Service Level Agreement
Tujuan utama proses manajemen tingkat pelayanan adalah untuk
membantu menjamin kepuasan pengguna dengan memastikan bahwa pelayanan IT telah
dilakukan sesuai dengan syarat dan kondisi yang tertera pada deskripsi atau katalog
pelayanan. ITIL mendefinisikan SLA sebagai sebuah perjanjian tertulis antara
penyedia layanan TI dan stackholder, mendefinisikan target layanan kunci dan
tanggung jawab kedua belah pihak dan harus pada kesepakatan agar saling
mengungkan.Melalui artikel ini diharapkan mampu mendefinisikan kriteria
pengukuran dan pelaporan, menyelaraskan SLA bisnis dengan SLA vendor.
Manajemen SLA (Service Level Agreement)
1. Service Level Management Manajemen Tingkat Pelayanan
Pengamatan proaktif pada pemberian layanan IT dilakukan untuk memastikan target yang telah disepakati sebelum langkah untuk tanggung jawab, kualitas dan ketersediaan secara konsisten dapat terpenuhi.
Ketika suatu perusahaan mulai banyak membutuhkan IT sebagai penyedia layanan, semakin penting untuk memperhatikan tingkat kebaikan dan kualitas layanan. Jika layanan IT ingin dikelola secara efektif, harus memperhatikan langkah-langkah yang akan diterapkan untuk memastikan bahwa kinerja yang telah sepakat tidak ada toleransi.
Proses Objektif
Proses manajemen tingkat pelayanan harus fokus pada obyek berikut ini :
Manajemen SLA (Service Level Agreement)
1. Service Level Management Manajemen Tingkat Pelayanan
Pengamatan proaktif pada pemberian layanan IT dilakukan untuk memastikan target yang telah disepakati sebelum langkah untuk tanggung jawab, kualitas dan ketersediaan secara konsisten dapat terpenuhi.
Ketika suatu perusahaan mulai banyak membutuhkan IT sebagai penyedia layanan, semakin penting untuk memperhatikan tingkat kebaikan dan kualitas layanan. Jika layanan IT ingin dikelola secara efektif, harus memperhatikan langkah-langkah yang akan diterapkan untuk memastikan bahwa kinerja yang telah sepakat tidak ada toleransi.
Proses Objektif
Proses manajemen tingkat pelayanan harus fokus pada obyek berikut ini :
- Memastikan
kinerja penyedia layanan berada dalam batas-batas yang ditentukan dan
disepakati.
Tujuan utama proses manajemen tingkat pelayanan adalah untuk
membantu menjamin kepuasan pengguna dengan memastikan bahwa pelayanan IT telah
dilakukan sesuai dengan syarat dan kondisi yang tertera pada deskripsi atau
katalog pelayanan. Harus diperhatikan bahwa telah ada jaminan pemberian
pelayanan sesuai dengan tingkat pelayanan yang telah disepakati dapat memuaskan
pelanggan. Banyak kasus yang terjadi bahwa pelanggan tidak puas dengan
pelayanan yang diberikan sehingga harus kembali didiskusikan oleh tim manajemen
pemberian pelayanan dengan perusahaan. Dengan begitu tingkat pelayanan dapat
diperbaharui dan peningkatan pelayanan dapat diimplimentasikan.
- Pencegahan
pelanggaran SLA
Dengan mengidentifikasi kasus dimana pelanggaran SLA
dilakukan sebelumnya, sistem manajemen layanan IT mengizinkan manajemen IT
untuk mengambil tindakan pencegahan dan preventif yang diperlukan untuk
menghindari pelanggaran SLA. Perlu diperhatikan juga bahwa kegiatan yang
dilakukan untuk mencegah pelanggaran SLA tidak memiliki efek yang merugikan
pada layanan dan tingkat layanan lain.
- Identifikasi
dan pemantuan Indikator Utama Kinerja (Key Performance Indicators
or KPI)
Key Performance Indicators membantu organisasi
untuk menjelaskan dan mengukur kemajuan terhadap tujuan organisasi. Ketika
suatu organisasi telah menganalisis misinya, mengidentifikasi semua pemegang
saham, dan mendefinisikan tujuannya, organisasi membutuhkan suatu cara untuk
mengukur kemajuan terhadap pencapaian tujuan tersebut. KPI inilah yang
digunakan sebagai tolak ukur. Ketika menentukan KPI, kita harus membatasi
faktor-faktor penting untuk fungsi IT dalam mencapai tujuannya.
- Penyediaan
informasi kepada fungsi desain layanan untuk memungkinkan peningkatan
kualitas pelayanan.
Matrik kinerja pemberi layanan dimana sebagai bagian dari
proses Service Level Management mungkin sangat berguna bagi
area lain dalam suatu perusahaan. Penggunaan data SLA dalam hubungannya dengan
perangkat SPC seperti diagram kontrol memungkinkan tim peningkatan pelayanan
untuk mengidentifikasi trending dan menentukan apakah ada proses yang tidak
terkontrol.
2. Masalah Umum
Masalah umum yang berpengaruh pada manajemen tingkat
pelayanan meliputi :
- Pengertian
SLA yang mendorong perilaku yang tidak efektif dan tidak produktif
- SLA
didefinisikan/disepakati tanpa berkonsultasi dengan tim yang bertanggung
jawab untuk memberikan layanan
- Pengertian
SLA yang rumit sehingga tidak dipahami oleh kelompok pelaksana
- Terlalu
banyak fokus pada etika masing-masing individu
- Kurangnya
sudut pandang pekerjaan secara keseluruhan
- Peringatan
yang berlebihan sehingga menyebabkan orang mengabaikannya
- Pekerjaan
berlebihan yang tidak perlu sehingga bertentangan dengan SLA
- Mengalihkan
sumber daya ke SLA yang sia-sia
- Manajemen
mikro dengan angka
- Elemen
pemberi pelayanan berada diluar kendali kelompok pelaksana
- SLA
dalam jumlah besar dengan kebutuhan yang berbeda memiliki arti bahwa agen
tidak yakin apa yang diharapkan dari mereka
- Penggunaan
metrik SLA untuk membuat peringkat individu de-memotivasi, mengikis
semangat tim dan memimpin orang-orang untuk sengaja menyembunyikan masalah
dan mencari cara-cara untuk mencapai target
- Sistem
dan atau proses yang memungkinkan pengguna untuk memalsukan pengukuran dan
metric
- SLA
yang gagal memperhitungkan prioritas perubahan masalah
- Meningkatnya
masalah terlalu cepat atau terlalu lambat
- Beban
administrasi yang berlebihan terkait dengan pengambilan, analisis, dan
pelaporan data SLA
3. Diagram Aliran Proses
- Mengidentifikasi
portofolio layanan
- Mendefinisikan
kontrak yang mendasar
- Mengidentifikasi
parameter penting layanan
- Mendefinisikan
Persetujuan Tingkat Pelayanan (SLA)
- Mendefinisikan
proses peningkatan
- Memantau
SLA yang terkait dengan transaksi
- Mengidentifikasi
kasus spesifik yang dibutuhkan untuk peningkatan
- Melaksanakan
proses peningkatan yang sesuai
- Mengambil
tindakan pencegahan atau perbaikan
- Mencegah
pelanggaran SLA yang mungkin terjadi
- Melaporkan
penyesuaian SLA secara keseluruhan
- Mengulas
kinerja terhadap SLA
- Menentukan
apakah tujuan SLA realistis dan dapat dicapai
- Negosiasi
ulang definisi layanan dan atau tingkat layanan dengan perusahaan
4. Pemain Kunci
- Layanan
pengguna/pelanggan : Siapapun yang sadar atau tidak sadar mengakses
mengkonsumsi atau menggunakan layanan
- Agen
layanan/pendukung : Personil bertugas memberikan layanan dan mendukung
pengguna untuk mencoba menggunakannya
- Kelompok
pengiriman : Tim fungsional yang bertanggung jawab untuk pemberian layanan
dalam parameter yang disepakati
- Manajer
pemberi layanan : Posisi dalam manajemen yang bertanggung jawab atas
pemberian satu layanan atau lebih dari awal hingga akhir. Manajer
pelayanan biasanya berfokus pada memberikan layanan sesuai dengan
spesifikasi yang telah disepakati dengan menjaga pengeluaran tambahan dan
biaya pengiriman serendah mungkin.
5. SLA, Olas dan UPCs
ITIL menunjukkan bahwa setiap perjanjian tingkat layanan (SLA) yang didukung oleh satu atau lebih perjanjian tingkat operasional (Olas) dan bahwa SLA itu sendiri bertindak sebagai representasi untuk bisnis dengan syarat dan ketentuan khusus yang mengatur kinerja pelayanan sebagaimana ditetapkan dalam under pinning contract (UPC). Dapat dikatakan bahwa dalam banyak organisasi SLA tidak lebih dari setara TI untuk pemeriksaan dan tes fungsi dalam departemen Quality Assurance fasilitas produksi tahun 1970-an.
ITIL mendefinisikan SLA sebagai sebuah perjanjian tertulis antara penyedia layanan TI dan stackholder, mendefinisikan target layanan kunci dan tanggung jawab kedua belah pihak dan harus pada kesepakatan agar saling menguntungkan. Sayangnya dalam lingkungan outsourcing perusahaan yang tidak jelas maka tidak pernah bisa melewati langkah pertama dari definisi ini dan berjalan ditempat.
Mengingat bahwa banyak orang benar-benar menggunakan SLA sebagai sarana untuk memaksakan kegagalan pada pemasok, SLA hanya tepat untuk menggambarkan penggunaan kontrak outsourcing. SLA juga berpotensi memungkinkan timbulnya beberapa hukuman atas kegagalan layanan yang sama. Sederhananya, periode perhitungan SLA diatur untuk durasi yang lebih lama dari periode pelaporan.
6. Elements of a Service Level Agreement
ITIL menunjukkan bahwa setiap perjanjian tingkat layanan (SLA) yang didukung oleh satu atau lebih perjanjian tingkat operasional (Olas) dan bahwa SLA itu sendiri bertindak sebagai representasi untuk bisnis dengan syarat dan ketentuan khusus yang mengatur kinerja pelayanan sebagaimana ditetapkan dalam under pinning contract (UPC). Dapat dikatakan bahwa dalam banyak organisasi SLA tidak lebih dari setara TI untuk pemeriksaan dan tes fungsi dalam departemen Quality Assurance fasilitas produksi tahun 1970-an.
ITIL mendefinisikan SLA sebagai sebuah perjanjian tertulis antara penyedia layanan TI dan stackholder, mendefinisikan target layanan kunci dan tanggung jawab kedua belah pihak dan harus pada kesepakatan agar saling menguntungkan. Sayangnya dalam lingkungan outsourcing perusahaan yang tidak jelas maka tidak pernah bisa melewati langkah pertama dari definisi ini dan berjalan ditempat.
Mengingat bahwa banyak orang benar-benar menggunakan SLA sebagai sarana untuk memaksakan kegagalan pada pemasok, SLA hanya tepat untuk menggambarkan penggunaan kontrak outsourcing. SLA juga berpotensi memungkinkan timbulnya beberapa hukuman atas kegagalan layanan yang sama. Sederhananya, periode perhitungan SLA diatur untuk durasi yang lebih lama dari periode pelaporan.
6. Elements of a Service Level Agreement
Daftar berikut menguraikan unsur-unsur inti dari waktu
tradisional didasarkan pada SLA :
a. Tujuan dari SLA: Secara umum, SLA cenderung
disusun dengan tujuan sebagai berikut :
- Agar
pihak terkait dapat mematuhi persyaratan kontrak
- Peningkatan
kepercayaan dan kepuasan pengguna
- Mengawasi
kinerja kelompok tertentu, individu atau sub-kontraktor
- Identifikasi
proses peluang perbaikan
- Untuk
menetapkan harapan pengguna secara tepat mengenai tingkat responsibilitas
- Perbaikan
sistem / keandalan dan stabilitas layanan
- Untuk
memungkinkan pihak non-performing dikenakan sanksi
- Untuk
memenuhi internal atau eksternal auditor / konsultan
- Untuk
menghasilkan data operasional yang akan dianalisis sebagai bagian dari
inisiatif tindakan preventif
- Untuk
menunjukkan kinerja dan meningkatkan persepsi nilai fungsi TI dalam bisnis
yaitu untuk meningkatkan visibilitas IT
b. Fokus SLA: Fokus dari SLA sebenarnya untuk
pemantauan. SLA juga harus menentukan jenis dan fitur yang membedakan dari
hal-hal yang mudah untuk dilacak oleh SLA. Perawatan harus dilaksanakan untuk
memastikan bahwa SLA hanya untuk mengukur apa yang perlu dan yang tidak perlu
dilakukan.
c. Periode pelaporan SLA : Biasanya metrik SLA
didasarkan pada langkah-langkah kalender tradisional (yaitu harian, mingguan,
bulanan, kuartalan dll) tetapi beberapa organisasi mulai merasionalisasi lebih
dekat pada periode penting untuk bisnis misalnya ujung bulan, menutup kuartal,
periode penjualan puncak dsb.
d. Validasi : Jika SLA berguna untuk memberikan
gambaran yang adil dan akurat dari kinerja, maka rincian tentang bagaimana cara
melintasi batas-batas waktu pelaporan SLA harus ditangani dan perlu
didefinisikan.
e. Frekuensi Pemantauan : Pemicu penentuan kapan SLA harus mulai diukur/dilacak tertentu. Pemicu ini dimulai atau dihentikan saat pembuatan modifikasi (misalnya update status, tugas dll) dan dilakukan secara berkala dengan jadwal yang ditetapkan (misalnya setiap jam)
- Proses
Eskalasi : Frekuensi pemantauan adalah tingkat di mana SLA dievaluasi.
Tingkat frekuensi harus cukup sering dilakukan untuk memastikan bahwa
semua ambang eskalasi diidentifikasi pada saat jatuh tempo dengan
keterlambatan minimal. Tetapi juga penting untuk tidak terlalu sering
memeriksa karena hal ini akan menimbulkan beban pengolahan. Ada dua metode
utama untuk mendefinisikan ketika aturan SLA dievaluasi yaitu Event based
monitoring dan Time based monitoring
- Ambang
Eskalasi: Proses eskalasi mendefinisikan tindakan yang akan diambil selama
siklus hidup SLA. Tindakan ini dapat difokuskan pada peningkatan kesadaran
masalah atau target pada penugasan sumber daya tambahan.
- Tindakan
Eskalasi: Tindakan ini dimaksudkan untuk membuat orang sadar akan kasus
yang mendasari dan untuk mempromosikan kecepatan resolusi dari masalah .
- Eskalasi
Threshold: Eskalasi threshold mendefinisikan bila tindakan, atau urutan
tindakan, yang akan dimulai dalam kaitannya dengan kasus tertentu yang
sedang dilacak terhadap SLA.
- Mulai
fungsi “Stop the Clock”: Banyak manajer pelayanan yang benar-benar yakin
bahwa kadang-kadang akan ada situasi di mana tim pelayanan tidak dapat
memenuhi fungsi mereka karena keadaan di luar kendali. Dalam kasus seperti
itu mungkin saat tepat untuk menangguhkan SLA terkait untuk mencegah
organisasi yang mengalami dampak negatif dari efek bahwa penundaan akan
memiliki pada metrik kinerja pengiriman.
- Melanjutkan
SLA setelah “Restart”: Setelah berhenti, akan ada ketepatan bahwa salah
satu berpotensi ingin restart lagi di beberapa titik
- Berdiri
bersih ketika kegagalan datang: Keadaan dan prioritas berubah pada setiap
jam dalam kebanyakan penyedia IT dan sangat penting bahwa sistem yang
mendukung proses pelayanan mampu bereaksi terhadap kebutuhan bisnis. Oleh
karena itu diinginkan sistem pendukung yang secara otomatis menyesuaikan
tujuan SLA dalam menanggapi perubahan dalam prioritas, dampak, lingkup dll
sementara tiket masih dalam proses.
7. Dynamic SLAs
Memberikan tujuan SLA dapat dicapai tanpa harus pernah
dilanggar. Paling tidak, pelanggaran seperti itu seharusnya tidak datang
tiba-tiba bagi tim pelayanan sebagaimana mestinya dan selalu sadar kinerja
mereka terhadap SLA dan posisi mereka pada akhir periode SLA saat ini.
Setiap agen outsourcing IT yang tertarik untuk menghindari terkena sanksi terkait SLA mendedikasikan sumber daya yang cukup untuk proyeksi ke depan untuk menentukan apakah mungkin bahwa mereka akan melanggar tujuan SLA. Kontrak outsourcing besar biasanya memiliki sebanyak dua atau tiga orang yang berdedikasi untuk menciptakan prediksi pelayanan setiap hari.
Prediksi ini biasanya akan didasarkan pada serangkaian skenario dan asumsi dengan memberikan kasus terburuk dan kasus terbaik dari langkah-langkah kemungkinan SLA. Untuk menentukan apakah suatu pelanggaran SLA mungkin dihindari, dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
- Hitung
kinerja saat melawan SLA
- Memperkirakan
kemungkinan kinerja untuk kasus-kasus yang sedang berlangsung
- Pilih
penggunaan layanan yang sesuai profil / model
- Gunakan
profil penggunaan untuk menentukan tingkat kemungkinan penggunaan layanan
dalam periode SLA yaitu memperkirakan jumlah kasus di mana upaya
pengiriman tersisa bisa dibagi untuk menambah atau mengurangi kinerja SLA
keseluruhan
- Kinerja
ekstrapolasi SLA maju ke akhir periode SLA saat ini
- Mengevaluasi
apakah pelanggaran mungkin
- Hitung
SLA tujuan / target disesuaikan diperlukan untuk memastikan kepatuhan atau
untuk meminimalkan tingkat atas pengiriman terhadap SLA
- Menentukan
apakah pelanggaran SLA tidak dapat dihindari berdasarkan target SLA
disesuaikan
- Ulangi
proses berkala selama periode SLA
Model prediksi tidak hanya memungkinkan manajer tingkat layanan untuk memperkirakan saat ini ke depan kinerja pengiriman untuk menentukan apakah atau tidak tujuan SLA akan puas, tetapi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara profil kebutuhan yang sebenarnya dialami dan distribusi diantisipasi permintaan layanan. Perbedaan tersebut dapat menjadi indikator awal perubahan perilaku penggunaan jasa dan / atau juga dapat membantu untuk mengidentifikasi faktor-faktor generasi permintaan eksternal yang dapat secara radikal mengubah cara di mana pengguna menawarkan layanan tertentu.
Tingkat akurasi model prediksi bisa sangat akurat, tetapi mereka mungkin tidak diperlukan untuk organisasi dengan karakteristik permintaan yang sangat stabil. Organisasi tersebut memutuskan untuk tidak dinamis memodelkan permintaan tetapi menggunakan nilai-nilai sejarah sebagai gantinya. Mengutak-atik konstan dapat menutupi masalah sistemik yang mendasari dan mencegah manajemen dari mengidentifikasi isu-isu yang terkait dengan proses yang memerlukan tindakan perbaikan atau pencegahan sedini mungkin mereka melakukannya sebaliknya.
8. The Three Pillars of Service Quality Measurement
Kebanyakan proses manajemen tingkat layanan fokus pada
bidang-bidang berikut:
- Responsiveness:
melacak berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan sesuatu.
Kebanyakan SLA respon didasarkan pada asumsi bahwa orang tidak suka
menunggu ketika meminta bantuan Response time sendiri bukan merupakan
ukuran yang cukup untuk menentukan kualitas layanan.
- Ketersediaan:
Ketersediaan metrik memantau proporsi kemungkinan sesuatu sedang online
atau tersedia untuk digunakan pada saat itu. Teori adalah bahwa layanan
harus tersedia pada permintaan sesering mungkin agar dapat melayani
kebutuhan pengguna ketika mereka membutuhkannya untuk dilayani.
- Quality
of Service: Secara historis, kualitas tindakan pelayanan dalam konteks IT
telah didasarkan pada waktu yang dibutuhkan untuk sistem IT tertentu atau
aplikasi melakukan sesuatu.
Pulling it all Together – Aggregated SLAs
Dalam skema besar hal, manajemen harus berkonsentrasi pada kinerja sistem secara keseluruhan dan harus memiliki kepercayaan yang cukup dalam tim mereka untuk meninggalkan proses, dan orang-orang yang bekerja proses, berurusan dengan kerlip statistik tak terelakkan bahwa akan selalu muncul sepanjang jalan. SLA Gabungan fokus pada kinerja keseluruhan sistem dan memperhitungkan variasi statistik.
a. Agreed Service Levels – Resisting the Temptation to
Over Deliver
Jika anda merasa memiliki banyak sumber daya yang dapat
memenuhi komitmen perusahaan anda maka silahkan acuhkan bab ini, tetapi apabila
anda bekerja di dunia nyata yg memaksa untuk dilakukan keputusan dengan tepat
tanpa membuat kesalahan lakukan hal ini. Cek fungisi IT jika ada untuk
memonitor level diterimanya model SLA
b. Service Quality Perception and the Sample of One
Masing-masing pengguna cenderung memiliki pandangan yang
terbatas dari performa IT secara keseluruhan dan mungkin memiliki pandangan
dengan cara mereka sendiri. Rencana aksi berikut dapat bertindak sebagai
alternatif yang lebih sesuai untuk membuat DBA anda yang paling menjadi
perhatian :
- Mengenali
– Bekerja dari sesuai kebutuhan
- Kontak
– menjangkau dan secara langsung kepada mereka
- Berempati
– Memahami rasa sakit dan frustrasi
- Memberikan
– Melakukan apa saja untuk menjadi benar
- Mendidik
– membantu untuk melihat bagaimana permasalahan sesuai dengan gambarnya
- Termasuk
– melibatkan pengguna
- Mengubah
– membuat iklan yang baik untuk IT
c. Traffic Lights
Layanan IT mungkin mempunyai beberapa SLA lain dan sistem
metrik dikaitkan dengan mereka. Penciptaan satu indikator layanan memerlukan
berpikir keras berdasarkan pada relatif bobot-SLA, hukuman ambang batas dan
yang tersisa di dalam waktu yang relatif pelaporan yang saat ini masa(s). Dalam
dunia ideal, indikator composite SLA harus didasarkan pada performa saat ini,
sisa waktu tersisa dalam periode SLA dan kemungkinan yang mendasari SLA akan
dipenuhi. Biasanya Lebih lampu lalu lintas adalah berdasarkan pada suatu secara
statistik cacat kombinasi performa data yang tidak banyak membantu manajemen
senior memahami tingkat resiko yang paparan organisasi mereka menghadapi.
perhitungan gabungan SLA mungkin juga memiliki tantangan berbeda seperti SLA
pengukuran dan pelaporan periode Mei perlu penjajaran, atau di mana ini tidak
mungkin, SLA mungkin perlu dihitung pada pekerja dasar dan digabungkan sesuai
dengan yang telah ditentukan sebelumnya Menggabungkan SLA algoritma yang
mengukur tipe yang berbeda dari parameter layanan juga menarik, seperti
membandingkan waktu berdasarkan metrik dengan acara frekuensi dan seperti
memerlukan hati pemikiran dan aplikasi mengadakan komplotan perbandingan
d. Developing Meaningful Metrics that Help Improve
Service Quality
Ketika menentukan metrik layanan adalah penting untuk
memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang ingin anda ukur dan mengapa anda
ingin mengukur. Tanyakan hal ini untuk menentukan.
- Apakah
metrik didefinisikan dengan jelas, dapat diukur dan bermanfaat untuk
mereka yang melakukan pekerjaan tersebut
- Apakah
metrik difokuskan pada pengalaman pengguna akhir?
- Apakah
aktivitas mengukur produktif daripada sekedar monitoring kegiatan?
e. Management by Numbers is a Self Fulfilling Prophecy –
People Cheat!
Hampir mustahil untuk melaksanakan proses ITSM apa pun yang
aman. Setiap sistem dapat dipengaruhi untuk beberapa sejauh untuk memberikan
metrik bahwa keinginan oleh hati licik manager dengan mata mereka tertuju pada
sebuah bonus. Saran berikut dapat membantu untuk memerangi perilaku seperti
itu, namun tetap pekerjaan manajemen untuk terus menerus meninjau sistem itu.
- Menghindari
menempatkan terlalu banyak penekanan pada satu metric
- Hilangkan
input manual dimanapun.
- Gunakan
pihak ketiga untuk mengumpulkan data penting
- Gunakan
model analisa yang masuk akal.
Operational Level
Agreement (OLA)
Definisi OLA,
Perjanjian tingkat operasional (operational level agreement
/ OLA) adalah kontrak yang menentukan bagaimana berbagai kelompok TI dalam
perusahaan berencana memberikan layanan atau rangkaian layanan. OLA dirancang
untuk mengatasi dan memecahkan masalah silo TI dengan menetapkan seperangkat
kriteria tertentu dan menentukan rangkaian layanan TI tertentu yang
masing-masing departemen bertanggung jawab. Perlu dicatat bahwa istilah Service
Level Agreement (SLA) digunakan di banyak perusahaan saat membahas kesepakatan
antara dua kelompok internal, namun menurut kerangka Teknologi Informasi
Infrastruktur Informasi (ITIL) untuk praktik terbaik, jenis kontrak internal
ini harus disebut Sebuah Perjanjian Tingkat Operasional.
OLA bukan pengganti SLA. Tujuan OLA adalah untuk membantu
memastikan bahwa kegiatan yang mendasari yang dilakukan oleh sejumlah komponen
tim pendukung secara jelas disesuaikan untuk menyediakan SLA yang dimaksud.
Jika OLA yang berada di bawah tidak ada, seringkali sangat
sulit bagi organisasi untuk kembali dan memberi persetujuan insinyur antara tim
pendukung untuk mengirimkan SLA. OLA
harus dilihat sebagai dasar praktik yang baik dan kesepakatan bersama.
Perbedaan SLA dan
OLA,
1. Service Level Agreement berfokus pada bagian
layanan dari perjanjian, seperti uptime layanan dan kinerja. Di sisi lain,
Perjanjian Tingkat Operasional adalah kesepakatan sehubungan dengan
pemeliharaan dan layanan lainnya.
2. Service Level Agreement pada dasarnya adalah
kontrak antara penyedia layanan dan pelanggan. OLA adalah kesepakatan antara
kelompok pendukung internal sebuah institusi yang mendukung SLA.
3. Saat membandingkan kelompok sasaran, OLA
memiliki kelompok sasaran lebih kecil daripada SLA.
4. Berbeda dengan OLA, SLA menghubungkan penyedia
layanan ke pelanggan. Perjanjian
Tingkat Operasional lebih bersifat teknis daripada Service Level Agreement.
Contoh Kasus SLA
Hubungan antara business users dan Departemen TI dalam
rangka penyediaan dan penyelenggaraan layanan umumnya tidak mengandal kan kesepakatan
tingkat layanan (SLA). Padahal keberadaan SLA dapat menjadi dasar pengukuran
dan standar tingkat layanan yang dibutuhkan oleh business users sperti
ketersediaan layanan (availability) dan respon times. Utamanya hal ini
diperlukan untuk aplikasi-aplikasi kritikal dan core seperti Global Purchase
Order (GPO) yang di implmentasikan pada Perusahaan XYZ. Oleh karenanya perlu
ditelaah mekanisme dan prosedur yang terkait pengembangan SLA. Dalam
pengembangan SLA ini misalnya memperhatikan penerjemahan kebutuhan pengguna,
survey dan wawancara untuk menangkap kebutuhan spesifik dari pengguna, analisa
arsitektur layanan untuk mengidentifikasi komponen-komponen untuk tercapainya
SLA, serta analisa proses bisnis untuk mendapatkan gambaran secara keseluruhan
terhadap proses-proses yang berjalan di perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
Proyek Akhir ini mengembangkan kerangka pengelolaan SLA agar dapat membantu
penerapan penyelenggaraan layanan TI di lapangan. Namun proyek ini tidak
mencakup implementasi kerangka pengembangan SLA yang disempurnakan. Untuk
implementasi lebih lanjut, kerangka ini perlu diuji dan di evaluasi bersama
dengan kedua belah pihak penyedia dan pengguna layanan agar dapat mencapai
hasil yang maksimal dan disepakati.
Sumber:
http://modulmakalah.blogspot.co.id/2016/12/Manajemen.SLA.Service.Level.Agreement.Pengertian.Contoh.dan.Fungsi.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Operational-level_agreement
https://en.wikipedia.org/wiki/Service-level_agreement
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/167-artikel-pajak/12530-mengenal-lebih-dekat-sla-service-level-agreement
Komentar
Posting Komentar