Tugas Kelompok Makalah Manusia dan Pandangan Hidup
Makalah Manusia dan Pandangan
Hidup
Nama : Raditya
Wrahastirta
: Zico Firzatullah
: Razief Ardhana
Bardijan
: Gilang Adi Nugroho
Kelas : 1 KA 25
Ilmu Budaya
Dasar
Universitas
Gunadarma
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah Subhanallah Wa Ta'alla, karena atas rahmat dan karunia-Nya.
Makalah
ini dibuat dalam rangka
pembelajaran mata kuliah Ilmu Budaya
Dasar agar kita dapat memperluas wawasan kita tentang Ilmu Budaya Dasar.
Pemahaman tentang manusia dan hal-hal yang berkaitan dengannya sangat
diperlukan, dengan harapan besar masalah-masalah dapat diselesaikan dengan baik
dan dapat dihindari kelak ke depannya, sekaligus menambah wawasan bagi kita
semua.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Faizal selaku Dosen Ilmu Budaya Dasar, Universitas Gunadama.Dalam
tugas ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
menerima kritik dan sarannya yang membangun. yang disebabkan terbatasnya ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan
adanya saran dan petunjuk serta kritik yang membangun. Dari berbagai pihak agar
dikemudian hari penulis dapat membuat penulisan ilmiah dengan lebih baik
lagi.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada
penulis ini mendapat imbalan dan pahala yang berlipat dari Allah SWT, Amin
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya.
Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Ketiga kekayaan manusia
inilah yang membuat manusia disebut sebagai Khalifah di bumi ini. Tuntutan
hidup manusia lebih daripada tuntutan hidup makhluk lainnya yang membuat
manusia harus berpikir lebih maju untuk memenuhi kebutuhan atau hajat hidupnya
di dunia, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini maka
lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup.
Pandangan terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh
akal budi manusia. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan dan
tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan. Oleh karena
itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat pandangan hidup seseoranglah yang
menentukan akhir hidup mereka sendiri. Selain itu Pandangan hidup juga tidak
langsung muncul dalam masyarakat, melainkan melalui berbagai proses dalam
kehidupan. Dalam perkembangan seorang manusia itulah proses dalam menemukan
jati diri atau pandangan hidupnya. Mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
Dalam penemuan pandangan hidup tersebut, tidak lepas juga dengan
pendidikan. Manusia mengetahui tentang hakikat hidup dan sebagainya adalah
berasal dari pendidikan. Oleh karena itu jika kita membahas tentang pandangan
hidup, tidak boleh lepas dari pendidikan. Karena dengan pendidikan manusia
dapat berpikir lebih kedepan mulai dari kehidupan baik lahir maupun batin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
PANDANGAN HIDUP DAN IDEOLOGI
a. Pengertian Pandangan Hidup
Menurut Koentjaraningrat (1980) pandangan hidup adalah
nilai-nilai yang dianut oleh
suatu masyarakat yang dipilih secara selektif oleh para
individu dan golongan didalam
masyarakat. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita,
kebajikan dan sikap hidup. Sedangkan
menurut Manuel Kaisiepo 1982, pandangan hidup merupakan
bagian hidup manusia. Tidak ada
seorang pun tang hidup tanpa pandangan hidup meskipun
tingkatannya berbeda-beda. Pandangan
hidup mencerminkan citra dari seseorang karena pandangan
hidup itu mencerminkan cita-cita
atau aspirasinya.
Apa yang dikatakan oleh seseorang adalah pandangan hidup
karena dipengaruhi oleh pola
berfikir tertentu. Tetapi, terkadang sulit dikatakan sesuatu
itu pandangan hidup, sebab dapat pula
hanya suatuidealisasi belaka yang mengikuti kebiasaan
berfikir yang sedang berlangsung di
dalam masyarakat. Setiap Bangsa, Negara maupun manusia yang
ingin berdiri kokoh dan
mengetahui dengan jelas kearah mana tujuan yang ingin
dicapainya sangatmemerlukan
pandangan hidup. Dengan pandangan hidup yang jelas, suatu
Bangsa, Negara maupun manusia
akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan
masalah-masalah yang timbul
dalam gerak masyarakat yang semakin maju. Berpedoman pada
pandangan hidup itu pula
seseorang akan mampu membangun dirinya.
Pandangan hidup cendrung diikat oleh nilai-nilai sehingga
berfungsi sebagai pelengkap
dalam pembuatan, pembenaran atau rasionalisasi nilai-nilai.
Pandangan hidup memberi
pandangan pada nilai-nilai yang dimilikinya sendiri baik
Bangsa, Negara maupun manusia yang
diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekat untuk
mewujudkannya
Macam-macam pandangan hidup dapat digolongkan kedalam tiga
kelompok, yaitu:
1) Pandangan hidup yang bersumber dari agama (pandangan
hidup muslim). Pandangan hidup ini
memiliki kebenaran mutlak. Contoh, pandangan hidup
muslim(orang islam) bersumber dari Al-
Quran dan sunnah (sikap, perkataan, dan perbuatan Nabi
Muhammad SAW). Dengan demikian
maka pandangan hidup muslim yang setia kepada islamtentang
berbagaimasalah asasi hidup
manusia, merupakan jawaban muslim yang islam oriented
mengenai berbagai persoalan pokok
hidup manusia yang tersimpul dalam Al-Quran dan Hadits.
Pandangan hidup muslim terdiri atas:
a) Pedoman hidupnya ialah Al-Quran yang tercantum dalam
surat Al-Baqarah ayat 2, yang artinya:
“Kitab Al-Quran tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi
mereka yang takwa”. Dan sunnah
Rasul (hadits), yang artinya: “Sesungguhnya aku tinggalkan
untuk mu dua perkara, tidak sekali-
kali kamu tersesat sepanjang kamu berpegang pada keduanya,
yaitu kitab Allah (Al-Quran) dan
Sunnah Rasul (Hadits)”. (H.R. Malik)
b) Dasar hidup ialah Islam
c) Tujuan hidupnya:
Berdasarkan arahnya ialah:
-
Tujuan hidupnya yaitu mendapat keridhaan Allah
SWT
-
Kebahagiaan dunia dan akhirat
-
Menjadi rahmat bagi segenap Alam
Ditinjau dari segi lingkungan
-
Tujuan sebagai individu
-
Tujuan sebagai anggota keluarga
-
Tujuan sebagai warga lingkungan
-
Tujuan sebagai warga Negara atau Bangsa
-
Tujuan sebagai warga dunia
-
Tujuan sebagai warga alam semesta
d) Tugas hidup muslim adalah beribadah kepada Allah
e) Fungsi hidup muslim adalah:
v
Sebagai khalifah diatas bumi, yaitu menerjemahkan segala sifat-Nya kedalam
perikehidupan dan
kehidupan sehari-hari dalam batas-batas kemanusiaan
(kemampuan), melaksanakan segala yang
diridhai Allah diatas persada buana ciptaan Allah, yaitu
yang tercantum dalam surat Al-Baqarah
ayat 30.
v
Sebagai fungsi risalah atau penerus risalah (ajaran) Nabi, pengembang tugas
dakwah kepada
segenap umat manusia, yaitu yang tercantum dalam Al-Quran
surat Ali-Imran ayat 104.
f) Alat hidup muslim adalah harta menda dan segala sesuatu
yang dimilikinya, jiwa-raga dan
sebagainya
g) Teladan hidupnya adalah Nabi Muhammad SAW utusan Allah
SWT., yang dijelaskan dalam Al-
Quran surat Al-Qalam ayat 4, dan dalam Hadits yang artinya:
“Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak manusia yang utama”.
h) Kawan hidup muslim dalam arti khusus adalah sumu/ istri
yang taat kepada Allah yang
tercantum dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 34, Al-A’raf
ayat 189, At-Taubah ayat 71, dan
surat Ar-Rum ayat 21.
i) Lawan hidup muslim adalah setan yang tercantum dalam
surat Al-Baqarah ayat 168, dan
bangsa jin serta manusia yang tercantum dalam surat An-Nas
ayat 4-6.
2) Pandangan hidup yang bersumber dari ideologi merupakan
abstaksi dari nilai-nilai budaya suatu
negara atau bangsa. Misalnya ideologi pancasila
3) Pandangan hidup yang bersumber dari hasil renungan
seseorang sehingga dapat merupakan
ajaran atau etika hidup. Misalnya aliran kepercayaan seperti
agama Animisme, Kong Chu, Sinto,
Budha, Hindu, Angtingkan, dll.
c. Ideologi
Menurut William J. Goode, dalam bukunya Vocabulary for
Sosiology (1959) ideologi
mengandung dua hal. Yaitu:
1) Unsur-unsur filsafat yang digunakan, atau usulan-usulan
yang digunakan sebagai dasar untuk
kegiatan.
2) Pembenaran intelektual untuk seperangka norma-norma,
seperti kapitalisme dan sebagainya.
Ideologi merupakan komponen dasar terakhir dari
sistem-sistem dasar kepercayaan dan
petunjuk hidup sehari-hari. Sesuatu ideologi bagi masyarakat
tersusun dari tiga unsur, yaitu:
a) Pandangan hidup (world view)
b) Nilai-nilai (value)
c) Norma-norma (lenski, 1974)
Pandangan ini menunjukkan bahwa pandangan hidup itu
merupakan bagian dari ideologi.
Kebudayaan dapat membuat kemungkinan-kemungkinan menjawab
pertanyaan mengapa (why)
tentang sesuatu dari kehidupan. Untuk menjawabnya,
masyarakat mengepresikan hasil
kebudayaan untuk mencapai beberapa pengertian. Dalam
kenyataan ternyata ilmu pengetahuan
mampu menjawap pertanyaan mengapa (why)-nya sesuatu, tetapi
sekaligus mengundang
pertanyaan-pertanyaan selanjutnya.
Pada abad ke-18 dan pada awal ke-20 banyak orang berfikir
bahwa ilmu pengetahuandapat
menggantikan semua kedudukan ideologi (termasuk pandangan
hidup) dan merupakan
pelengkap terakhir dari keterbatasab pandangan hidup. Sudah
mafhum bahwa sains modern telah
memikirkan segala sesuatu, bahkan mendidik pribadi untuk
bersikap mengambil sejumlah
kemudahan dalam rumuskan pandangan hidupnya. Tetapi, lambat
laun sains tidak dapat
menghasilkan kreasinya, dalam kenyataan ia menghindar dari
soal-soal yang berdasar tentang
realitas.
Dalam ideologi tindak hanya ada norma dan pandangan hidup,
tetapi ada nilai-nilai. Hanya
yang penting ialah nilai-nilai itu cendrung mengikat
pandangan hidup. Pandangan hidup
merupakan pelengkap nilai-nilai dalam membuat pembenaran
atau rasionalisasi untuk nilai-nilai,
seperti untuk melakukan suatu kegiatan; pandangan hidup
memberi semangat kepada nilai-nilai.
Dari uraian diatas, nampak pada kita bahwa ideologi lebih
luas dari pada pandangan hidup.
Ideologi biasanya tidak dipakai dalam hubungan individu.
Ideologi digunakan dalam konteks
yang lebih luas, seperti ideologi negara, ideologi
masyarakat atau ideologi kelompok tertentu.
Tetapi, lahirnya suatu Ideologi dapat disusun secara sadar
oleh tokoh-tokoh pemikir suatu
masyarakat atau golongan tertentu dari masyarakat, yang
diperuntukan bagi masyarakat
B. MAKNA CITA-CITA
Cita-cita adalah suatu keiginan yang terkandung didalam
hati, karena itu cita-cita juga
berarti angan-angan, keiginan, harapan, atau tujuan.
Cita-cita tidak dapat dipaksakan dari kehidupan manusia,
karena tanpa cita-cita berarti
manusia tanpa dinamika. Tidak ada dinamika berarti tidak ada
kemajuan dan hidup asal hidup
saja. Itu sebabnya sikap hidup hanya menimbulkan daya
kreatifitas manusia. Banyak hasil seni
yang melukiskan cita-cita, kebajikan dan sikap hidup
seseorang. Cita-cita sering lkali berupa
perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang tidak ada
dalam hati. Cita-cita diartikan
sebagai angan-angan, keinginan, kemauan, niat, atau harapan,
keinginan ada yang baik dan ada
yang buruk, keinginan yang baik adalah keinginan yang
dicapai dengan tidak merugikan orang
lain. Keinginan buruk adalah keinginan yang dapat merugikan
orang lain.
Cita-cita berarti harapan, keinginan, dan tujuan. Contoh
cata-cita yang berarti harapan.
Misalnya, Adi mendapat nilai C bukan main kecewanya, ia
mengharapkan nilai A, sebab
pesiapan untuk final yang dilaksanakannya cukup lama dan ia
merasa telah menguasai benar-
benar materi yang diujikan.
Cita-cita yang berarti keinginan. Maya ingin sekali
melanjutkan studinya UGM. Ia
mendaftar dan mengikuti testing masuk perguruan tinggi.
Ternyata tidak lulus sehingga ia tidak
dapat melanjutkan studinya di UGM.
Contoh cita-cita tang berarti tujuan, Nana bertujuan setamat
SMA akan melanjutkan
sekolahnya di Jakarta, ikut pamannya. Ternyata tamat SMA,
pamannya dipindah tugaskan keluar
jawa. Hal itu menyebabkan Nana tidak jadi melanjutkan
sekolahnya di Jakarta.
Ada tiga katagori keadaan hati seseorang.
a. Orang yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum
cita-citanya tercapai. Ia tidak
menghiraukan rintangan, tantangan dan segala kesulitan yang
dihadapinya. Orang yang berarti
keras biasanya mencapai hasil yang gemilang dan sukses
hidupnya.
b. Orang yang berhati lunak dalam usaha mencapai cita-cita
menyesuaikan diri dengan situasi dan
kondisi. Namun ia tetap berusaha mencapai cita-cita itu,
karena itu biarpun lambat ia akan
berhasil juga mencapai cita-cita.
c. Orang yang lemah, mudah terpengaruh oleh situasi dan
kondisi bila menghadapi kesulitan cepat-
cepat ia berganti haluan atau berganti keinginan.
C. MAKNA KEBAJIKAN
Kebajikan dapat diartikan kebaikan atau perbuatan yang
mendatangkan kebaikan,
keselamatan, keuntungan, kemakmuran dan kebahagiaan. Manusia
berbuat kebaikan karena
menurut kodratnya, manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah
(suci). Dengan kesucian jiwanya itu
mendorong hati nuraninya untuk berbuat kebaikan.
“sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan”. (Q. S AN-Nahl = 90).
Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas
jiwa dan badan. Kedua unsur
itu terpisah bila manusia meninggal. Karena pribadi
merupakan, manusia mempunyai pendapai
sendiri, ia mencintai diri sendiri, perasaan sendiri,
cita-cita sendiri dan sebagainya.
Manusia merupakan makhluk sosial: manusia hidup
bermasyarakat, manusia saling
membutuhkan, saling tolong menolong, saling menghargai
sesama anggota masyarakat.
Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membanci, saling
merugikan dan sebagainya. Manusia
sebagai makhluk tuhan, diciptakan manusia dapat berkembang
karena Tuhan. Untuk itu manusia
di lengkapi kemampuan jasmani dan rohani, juga fasilitas
alam sekitarnya seperti tanah, air,
tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Kebajikan dapat dilihat dari tiga segi yaitu:
a. Manusia sebagai pribadi; dapat menentukan baik buruk.
Yang menentukan baik buruk itu adalah
suara hati. Suara hati bisikan dalam hati untuk menimbang
perbuatan baik atau tidak. Jadi, suara
hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati
sebenarnya telah memilih yang baik,
namun manusia sering kali tidak mau mendengarkannya.
b. Manusia sebagai anggota masyarakat; yang menentukan baik
buruk adalah suara hati
masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum
tentu suara hati masyarakat
menganggap baik.
c. Manusia sebagai makhluk Tuhan; melakukan apa yang
diperintahkan-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.
Kebajikan berasal dari dua sumber yaitu:
Manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini (Q. S AL-Baqarah:
30)
b. Allah Yang Maha Kuasa, yang menciptakan alam semesta
beserta seluruh isinya.
Kebajikan Tuhan adalah berupa karunia-Nya. Bagi orang yang
tidak beriman kepada
Tuhan, mereka tidak percaya adanya kebajikan yang berasal
dari karunia-Nya, tetapi bagi orang
yang beriman, ia percaya bahwa kebajikan manusia adalah
karena karunia-Nya juga, manusia
hanya sebagai perantaraannya saja.
Kebajikan dapat dikelompokkan dalam tiga, yaiu:
a. Kebajikan yang berupa tingkah laku, misalnya sabda dan
perbuatan Nabi Muhammad SAW
merupakan Rahmatan Lil’alamin.
b. Kebajikan yang berupa benda-benda, misalnya harta
kekayaan, bila tidak diamalkan maka harta
tersebut hanya berjasa bagi pemiliknya saja, bila diamalkan
harta demikian berfungsi untuk
sosial.
c. Kebajikan yang berupa benda yang tak berwujud, misalnya
ilmu pengetahuan, kemampuan dan
keahlian untuk menciptakan sesuatu.
Pepatah mengatakan bahwa. “Ilmu yang tidak di amalkan ibarat
pohon yang tidak
berbuah”. Tetapi ilmu yang diamalkan memiliki makna
kebajikan dan keutamaan yang dalam
sekali. Nabi Muhammad SAW bersabda “Barang siapa yang di
kehendaki baik oleh Allah maka
ia di pintarkan dalam hal keagamaan dan diilhami oleh-Nya
kepandaian dalam hal itu”. (H. R
Bukhari, Muslim, Tabrani).
Hadits diatas menjelaskan bahwa betapa tinggi nilai ilmu
pengetahuan itu sehingga
dipersamakan seiring dengan derajat kenabian, betapa pula
rendahnya suatu amalan yang sunyi
dari ilmu pengetahuan, sekalipun yang beramal ibadat itu
tentunya tidak terlepas dari
pengetahuan cara ibadat yang senantiasa di kekalkan
mengerjakannya, maka jika tanpa
pengetahuan cara peribadatannya pastilah bukan ibadat
namanya.
D. KEPERCAYAAN/
KEYAKINAN
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution (bahan ceramah pada
perantaran pengajar Ilmu Budaya
Dasar di Bukit Tinggi, 1981), menurut beliau ada tiga aliran
filsafat:
a. Aliran Naturalisme
Hidup manusia dihubungkan dengan kekuatan gaib yang
merupakan kekuatan tertinggi.
Kekuatan gaib itu dari natur, dan natur itu dari Tuhan.
Tetapi bagi yang tidak percaya pada
Tuhan, natur itulah yang tinggi. Tuhan menciptakan alam
semesta lengkap dengan hukum-
hukumnya, secara mutlak di kuasai Tuhan. Manusia sebagai
makhluk tidak mampu menguasai
alam ini karena manusia itu lemah, manusia hanya dapat
berusaha dan berencana tapi yang
menentukannya adalah Tuhan.
Bagi yang percaya pada Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan
tertinggi. Manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan, karena itu manusia mengabdi pada
ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran
agama ada dua yaitu:
1.
Ajaran agama yang dogmatis yaitu yang di
sampaikan Tuhan melalui Nabi-Nabi, sifatnya tetap dan tidak berubah
2.
Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama, yaitu
sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif (terbatas) dan berubah sesuai
dengan perkembangan agama.
Apabila aliran naturalisme ini di hubungkan dengan pandangan
hidup maka keyakinan
manusia itu bermula dari Tuhan. Jadi, pandangan hidup yang
dilandasi oleh ajaran-ajaran agama,
manusia yakin bahwa kebajikan itu di ridhai oleh Tuhan.
Pandangan hidup yang dilandasi bahwa
Tuhanlah kekuasaan tertinggi, yang menentukan segala-galanya
disebut pandangan hidup
keagamaan (religius), sebaliknya apabila manusia tidak
mengakui adanya Tuhan, natur adalah
kekuatan tertinggi, maka keyakinan itu berasal dari natur
dan pandangan hidup yang dilandasi
oleh natur, manusia yakin bahwa kebajikan itu kebajikan
natur dan pandangan hidup ini sifatnya
ateistik. Disebut pandangan hidup komunisme.
b. Aliran Intelektualisme
Dasar aliran ini adalah akal atau logika. Manusia
mengutamakan akal, dengan akal
manusia berfikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang
baik, walaupun mungkin
bertentangan dengan hati nurani . akal berasal dari bahasa
Arab yang artinya Kalbu yang
berpusat dihati, sehingga timbullah istilah “Hati Nurani”
artinya daya rasa.
Apabila aliran ini di hubungkan dengan pandangan hidup, maka
keyahinan manusia itu
bermula dari akal. Jadi, pandangan hidup itu dilandasi oleh
keyakinan, kebenaran yang diterima
akal. Benar menurut akal itulah yang baik. Manusia yakin
bahwa kebajikan hanya dapat
diperoleh dengan akal.
c. Aliran Gabungan
Aliran gabungan adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan
gaib artinya kekuatan yang
berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar
keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar
kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu. Segala
sesuatu dinilai dengan akal, baik
sebagai logika berfikir maupun sebagai lohika rasa. Jadi,
apa yang benar menurut logika berfikir,
juga dapat diterima oleh hati nurani. Logika berfikir tidak
ditekankan pada logika berfikit
individu, melainkan logika berfikir kolektef (masyarakat)
pandangan hidup ini adalah disebut
sosialisme akal dalam arti baik sebagai logika berfikir maupun
sebagai daya rasa, logika berfikir
secara individual maupun kolektif. Pandangan hidup ini
disebut sosialisme religius. Dua
pandangan hidup ini terdapat perbedaan pokok. Pandangan
hidup sosialisme menekan pada
logika berfikir kolektif, sedangkan pandangan hidup
sosialisme religius menekan pada logika
berfikir kolektif dan individual. Pandangan hidup sosialisme
mengutamakan logika berfikir dari
pada hati nurani, sedangkan sosialisme religius mengutamakan
kedua-duanya, logika berfikir dan
hati nurani
E. MAKNA SIKAP HIDUP
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini.
Sikap itu bisa positif, bisa
negatif, apatis atau sikap optimis atau persimis, bergabung
pada pribadi orang itu dan juga
lingkungannya.
Sikap itu penting, setiap orang mempunyai sikap dan sudah tentu tiap-tiap orang berbeda
sikapnya. Sikap dapat dibentuk sesuai dengan kemauan yang
membentuknya. Pembentukan
sikap ini terjadi melalui pendidikan. Seperti halnya orang
militer yang bersikap tegas, berdisiplin
tinggi, sikap kesatria, karena dalam kemiliteran ia dididik
kearah sikap itu. Sikap dapat juga
berubah karena situasi, kondisi, dan lingkungan.
Dalam
menghadapi kehidupan, yang
berarti manusia menghadapi
manusia lain atau
menghadapi kelompok manusia, ada beberapa sikap etis dan
nonetis. Sikap etis ini disebut juga
sikap positif yaitu sikap lincah, sikap tenang, dikap halus,
sikap berani, sikap arif, sikap rendah
hati dan sikap bangga.
Sikap nonetis atau negatif ialah sikap kaku, sikap gugup,
sikap kasar, sikap takut, sikap
angkuh, sikap rendah diri. Sikap-sikap itu harus di
jauhkan dari diri pribadi, karena
sangat
merugikan baik bagi pribadi masing-masing maupun bagi
kemajuan bangsa.
Dalam berbagai perpustakaan, khususnya yang menelaah sikap
manusia, ada semacam
kesepakatan bahwa sikap tidak lain merupakan produk dari
proses sosialisasi dimana seseorang
berarti bahwa sikap
seseorang terhadap objek
tertentu pada dasarnya
merupakan hasil
penyesuaian
diri seseorang terhadap
objek yang bersangkutan dengan
dipengaruhi oleh
lingkungan susial serta kesediaan untuk bereaksi terhadap
objek tersebut
Dalam kurun waktu
setengah abad terakhir
inipengkajian terhadap sikap
manusia,
khususnya yang dilakukan oleh disiplin spikologi sosial, ada
yang mengatakan sikap berpangkal
pada pembawaan atau kepribadian, ada yang menempatkan sikap
sebagai motif atau sesuatu
kontruk yang mendasari tingkah laku seseorang, dan ada pula
yang mengidentikkan sikap sengan
keyakinan, kebiasaan, pendapat atau konsep-konsep yang
dikembangkan oleh seseorang. Bahwa
mengidentifikasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung
akan tetapi harus ditafsirkan terlebih
dahulu sebagai tingkah
laku yang masih
tertutup. Secara operasional
pengertian sikap
menunjukkan konotasi ada kesesuaian reaksi terhadap katagori stimulus tertentu,
sementara
dalam penggunaan praktis sikap sering kali dihadapkan dengan
rangsang sosial dan reaksi yang
bersifat emosional.
Menurut T. M. Newcomb, sikap manusia bukanlah suatu kontruk
yang berdiri sendiri, akan
tetapi paling tidak ia mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan yang lain, seperti dorongan,
motivasi,
nilai-nilai sikap. Dorongan
adalah keadaan organisme
yang menginisiasikan
kecendrungan kearah aktivitas umum. Motivasi adalah kesiapan
yang ditujukan pada sasaran dan
dipelajari untuk tingkah laku dan bermotivasi. Sikap adalah
kesiapan secara umum untuk suatu
tingkah laku bermotivikasi, sedangkan
nilai-nilai adalah sasaran
atau tujuan yang
bernilai
terhadap berbagai pola sikap dapat.
Menurut Van Peursen dalam bukunya strategi kebudayaan
mengenai aktualisasi sikap
manusia dari zaman ke zaman dalam menghadapi
kekuasaan-kekuasaan tersebut, melihat adanya
3 periode peralihan yang mencolok yang dialami manusia pada
umumnya. Ketiga pagiode itu
adalah:
a. Tahap mitis
ialah sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan
gaib
disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau
kekuasaan kesuburan
b. Tahap
antiologi ialah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan, ia menyusun
suatu
ajaran atau teori mengenai dasar hakikatnya segala sesuatu
(antologi) dan mengenai segala
sesiatu menurut perinciannya (ilmu-ilmu)
c. Tahap fungsianal
ialah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam diri manusia modern.
Ia tidak begitu terpesona lagi oleh lingkungan (sikap
mitis), ia tidak lagi dengan kepala dingin
ambil jarak terhadap objek penyelidikannya (sikap
antologis).
Sementara itu Franz Magnis Suseno melihat adanya dua bahaya
yang terjadi kendala bagi
manusia dalam upaya memenuhi ataupun mempertahankan sikap
hidup, kedua bahaya yang
dimaksud adalah nafsu dan pamrih.
Nafsu adalah perasaan-perasaan kasar yang bisa menggagalkan
kontrol diri manusia dan
sekaligus
membelenggunya secara buta
secara lahir. Nafsumemperlemah manusia
karena
pemborosan kekuatan-kekuatan batin tanpa guna. Seseorang
yang dikuasai nafsu, boleh jadi
tidak lagimenuruti akal budinya, tidak bisa lagi mengembangkan
segi-segi halusnya, semakin
mengancam
lingkungannya, menimbulkan konflik
dan ketegangan-ketegangan dalam
masyarakat dan pada instansi terakhir, membahayakan
ketentraman.
Pamrih dan egoisme
juga menjadi musuh
manusia. Ini bias
dimengerti mengingat
seseorang yang bertindak
lantaran pamrih semata-mata
biasanya cendrung mengusahakan
kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan kepentingan
masyarakat. Dilihat dari kacamata
sosial pun pamrih itu selalu mengacau karena merupakan
tindakan tanpa perhatian terhadap
keselarasan sosial. Selain itu pamrih sekaligus memperlemah
manusia dari dalam, karena sikap
yang mengajar pamrih biasanya akan memutlakkan kekuatannya
sendiri. Dengan demikian itu ia
mengisolasikan dirinya
sendiri dan memotong diri dari sumber kekuatan batin
yang tidak
terletak dalam individualitasnya, melainkan dalam dasar yang
mempersatukan semua kekuata
pada dasar jiwa mereka.
Menurut
Soetrisno dalam bukunya
Falsafah Hidup Pancasila
sebagaimana tercermin
Falsafah Hidup Orang Jawa, ia melihat adanya tiga, yaitu:
a. Selalu ingin
menang sendiri
b. Selalu ingin
benar sendiri
c. Hanya
mementingkan kebutuhannya sendiri
Selain yang tertera diatas ada juga sikap lain yang dianggap
kurang baik, yaitu kebiasaan
untuk menarik keuntungan
sendiri dari setiap
situasi tanpa memperhatikan masyarakat
kecendrungan untuk memperoleh hak yang lebih dibanding orang
lain dengan alasan juga yang
diberikannya.
F. MANUSIA DAN
PANDANGAN HIDUP
Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri
tersendiri akan diri manusia
itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki
keunggulan dibandingkan makhluk
lain. Satu diantara keunggulan manusia tersebut adalah pandangan
hidup. Disatu pihak manusia
menyadari kehidupannya lebih kompleks.
Pandangan hidup berupa suatu penggaris yang mungkin dapat
dinyatakan dengan kata-kata
sebagai rumusan juga dapat dikatakan rumusan:
a. Orang yang sulit menyusun perasaan, pikiran dan kejiwaan.
b. Juga karena ia sendiri menyadari bahwa mungkin ia dapat
berbuat/ bertindak yang melanggar
prinsip-prinsip yang dikatakan.
c. Dan khawatir kalau ada kritik besar dan penyelewengan
pandangan hidup dari anak-anak atau
orang yang di bimbing.
Menurut Drijarko S. J. Mengatakan bahwa manusia itu serba
terhubung dengan dunia
jasmani sekitarnya, terhubung erat dengan masyarakat dan
akhirnya manusia itu tergantung
seluruhnya pada yang ada, yang mutlak, yaitu Tuhan.
Pandangan hidup adalah Filsafat hidup. Sesuai dengan arti
filsafat yaitu cinta akan
kebenaran tentulah bentuk kebenaran yang akan dicapai
kebenaran yang dapat diterima oleh
siapa saja.
Kesadaran akan kelemahan dirinya memaksa manusia mencari
kekuatan diluar dirinya.
Dengan kekuatan ini manusia berharap dapat terlindung dari
ancaman-ancaman yang selalu
mengintai dirinya, baik yang fisik maupun yang non fisik,
seperti penyakit, bencana alam,
kegelisahan, ketakutan.
Banyak orang yang pandangan hidupnya didasari
pandangan-pandangan hidup untuk
mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya; pada waktu mudanya,
tetapi disaat-saat mendekati
kematiannya mulai berbuat seperti orang-orang yang hidup
beragama.
Jadi pandangan hidup merupakan keseluruhan garis dan
kecendrungan jalan-jalan dan
nilai-nilai yang akan dicapaiuntuk landasan semua dimensi
kehidupan. Dengan demikian bahwa
pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia.
Sayangnya manusia tidak
memahami dan menyadarinya, sehingga banyak orang yang
memeluk sesuatu agama semata-
mata atau sadar keturunan. Akibatnya banyak orang yang
beragama hanya pada lahirnya saja dan
tidak sampai batinnya, atau sering dikenal dengan agama KTP.
Padahal urusan agama adalah
urusan akal, seperti dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW:
“Agama adalah akl, tidak ada
agama bagi orang-orang yang tidak berakal”.
Maksud Nabi Muhammad SAW tersebut adalah agar manusia dalam
memilih suatu agama
benar-benar berdasarkan pertimbangan akalnya, dan bukan
semata-mata karena asas keturunan.
Hal ini di tegaskan dalam firman Allah SWT, surat Al-Baqarah
ayat 236 yang artinya: “Tidak
ada paksan untuk memasuki suatu agama, sesungguhnya telah
jelas antara jalan (agama) yang
benar dan jalan (agama) yang salah”.
Dalam firman Allah SWT itu tersirat bahwa betapa Dia
menghargai akal manusia. Dia
hanya menawarkan atau mendorongkan ini yang baik dan ini
yang buruk. Akhir keputusan
terserah kepada manusia, sebab manusia mempunyai akal. Dan
Allah SWT telah berfirman
dalam surat Ali Imran ayat 19 yang artinya: ”Agama yang
benar bagi Allah itu hanyalah Islam”.
Namun agama apa yang akan dipilih oleh manusia sebagai
sandaran hidupnya, diserahkan
hidupnya kepada manusia itu sendiri.
Pandangan hidup ternyata sangat penting, baik untuk
kehidupan sekarang maupun
kehidupan di akhirat, dan sudah sepantasnya setiap manusia
memilikinya. Maka pilihan
pandangan hidup harus betul-betul berdasarkan pilihan akal,
bukan sekedar ikut-ikutan saja.
Pandangan hidup berbeda dengan cita-cita. Cita-cita
misalnya:
-
Ingin punya istri cantik, terpelajar tapi setiaü Ingin punya suami tinggi,
tampan (simpatik), pilot dan setia
-
Ingin jadi insinyur, doktor, atau pilot
-
Ingin hidup selamat, bahagia alis tidak
kekurangan apapuns
sedangkan pandangan hidup:
-
Hidup bahagia, sejahtera
-
Hidup sejahtera, penuh kebahagiaan dan cinta
kasih
-
Hidup panjang umur untuk sanad kerabat dan
dirinya serta bahagia, penuh cinta kasih
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
1. Pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat, yang dipilih secara
selektif oleh para indifidu dan golongan dalam masyarakat.
2. Pandangan hidup merupakan pandangan hidup manusia, tidak
ada seorang pun yang hidup tanpa
pandangan hidup walaupun tingkatnya berbeda-beda.
3. Pandanga hidup dapat dikelompokkan kedalam tiga, yaitu:
a. Pandangan hidup yang bersumber dari agama(pandangan hidup
muslim)
b. Pandangan hidup yang bersumber dari ideologi
c. Pandangan hidup yang bersumber dari hasil perenungan
seseorang
4. Menurut William ideologi mengandung dua hal, yaitu:
a. Unsur-unsur filsafah yang digunakan, atau usulan-usulan
yang digunakan sebagai dasar untuk
kegiatan
b. Pembenaran intelektual untuk seperangkat norma-norma
5. Suatu ideologi masyarakat terdiri dari tiga unsur, yaitu:
a. Pandangan hidup
b. Nilai-nilai
c. Norma-norma
6. Menurut Prof. Dr. Harun Nasition ada tiga aliran
filsafat, yaitu:
a. Aliran naturalisme
b. Alitan intelektualisme
c. Aliran gabungan
7. Sikap hidup adalah keadaan hati seseorang dalam
menghadapi hidup, sikap itu bisa positif jan
juga bisa negatif, apatis atau sikap optimis, bergabung pada
pribadi orang itu dan juga
lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
-
Mustopo, M. Habib, Ilmu Budaya Dasar. Surabaya:
Usaha Nasional. 1983
-
Notowidagdo, Rohiman, Ilmu Budaya Dasar
Berdasarka Al-Quran Dan Hadits. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada. 2002
-
Prasetya, Drs. Joko Tri, Ilmu Budaya Dasar.
Jakarta: PT. Rieneka Cipta. 1998
-
Pudjawiyatna, Prof. Ir. Etika Filsafat Tingkah
Laku. Jakarta: PT.Bina Aksara. 1982
-
Sulaeman, M. Munandar. Ilmu Budaya Dasar Suatu
Pengantar. Bandung: PT. Eresco. 1995
-
Widagdho, Djhoko. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:
PT. Bumi Akrasa. 2003
-
http://ilmubudayadasar-wanda.blogspot.com/2011/12/manusia-dan-pandangan-hidup.html
Komentar
Posting Komentar